

Tuhan menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan
yang tak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta
zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tak serupa rasanya. Dia
menyuruh untuk memakan buahnya apabila tumbuhan berbuah. Dengan kehendak-Nya juga
manusia dihidupkan. Diberikan-Nya alam, beserta isi yang berlimpah. Supaya bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh kita, manusia. Umat-Nya.
Tumbuhan menjadi materi dasar bagi terjadinya
kehidupan di bumi. Tumbuhan hanya ditemukan di bumi yang mempunyai cadangan
air. Tumbuhan diturunkan ke bumi untuk keuntungan manusia dan hewan. Dia
menciptakan tumbuhan sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup-Nya.

Tumbuhan memiliki hak dan kewajiban tersendiri. Menyembah
dan menjungjung tinggi perintah Tuhan dengan caranya sendiri. Yang tidak
dimengerti oleh kita, manusia. Tumbuhan merupakan sebuah anugerah, khusus yang
Tuhan berikan. Karena dari sini pula-lah manusia bisa mengambil peran tumbuhan
sebagai pengobatan. Kitab yang saya yakini, berulang kali menyebut peran
tumbuhan sebagai makanan dan obat. Lalu kenapa manusia harus menutup mata. Mengharamkan
anugerah yang dikaruniakan Tuhan. Saya meyakini hanya Tuhan-lah yang berhak
menetapkan halal dan haramnya rezeki. Itu hak preogatif Tuhan. Bukan manusia
yang menetapkan.
Kekuasaan dan sikap angkuh, mendorong manusia untuk
berlaku tidak adil. Sehingga tampak seperti merekayasa kebohongan terhadap Tuhan.
Manusia mempunyai jantung hati. Pusat perasaan. Pusat kepekaan. Sudah
seharusnya kita memiliki perasaan. Siapapun yang tidak lagi punya kepekaan,
sepertinya, lenyap juga kasih sayangnya terhadap kaum yang lemah. Karena kasih
adalah kepekaan hati melihat ketidakberdayaan. Manusia di anugrahi juga akal. Kenapa
tidak juga digunakan dengan maksimal.
Saya diajarkan untuk tidak mengaharamkan makanan yang
baik-baik yang telah dihalalkan-Nya sebagai rezeki. Dengan sebuah syarat tidak
berlebih-lebihan, karena disana pasti selalu ada konsekuensi yang harus saya lakoni.
Makanan yang baik itu, apapun yang dapat memberikan manfaaat ketika saya
mengkonsumsinya. Yang menyehatkan tubuh dan tidak memberikan dampak buruk bagi
kesehatan rohani dan jasmani saya. Apa yang baik untuk saya tentu akan berbeda
dengan yang baik menurut orang lain. Karena kondisi tubuh manusia berbeda-beda,
meskipun kita diciptakan sama.
Dalam kehidupan, saya coba untuk membaca sambil
berjalan. Untuk mendapatkan pelajaran, bekal perjalanan pulang. Saya tidak mau
tersesat dalam semak bertingkat, di dunia yang tampak memikat. Tujuan
perjalanan saya: Beautiful mansions in Garden of Eternity.
Only God can judge me. — (P)


· · ·