31/07/17

Memaknai Air



Dari langit, Dia turunkan air yang memberi berkah, lalu ditumbuhkanlah dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka di keluarkan-Nya tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Di keluarkan-Nya dari tanaman yang menghijau itu butiran yang melimpah. Kita sebagai makhluk hidup saangat memerlukan juga unsur organik ini. Supayqa tubuh dapat menjalanan tugas dan fungsi alaminya sebagai manusia. 


Air lebih penting dari makanan. Biasakan diri untuk ditemani air mineral kala akan menikmati santapan, apalagi yang berat. Coba mengurangi atau melupakan sekalian sahabat baik dalam daftar teman; Teh Botol, munkin bisa jadi keputusan bijak. Saya sedang mencoba juga untuk menghindari minum air terlalu dingin atau air es, meskipun itu salah satu kenikmatan duniawi, maknyes saat suasana panas. Dokter gizi saya lebih menyarankan untuk membiasakan diri minum air mineral dengan suhu ruangan. Berkali-kali dia mengingatkan, air dingin dapat memperlambat proses pencernaan dan kemungkinan dapat mengganggu organ pernapasan.

Hendaklah kita meminum air setengah dari yang diinginkan, karena yang demikian itu akan lebih mempermudah lambung mencerna makanan. Jangan berlebih. Dalam posisi duduk. Menyesapinya, bukan dengan cara menenggak, apalagi sambil berdiri tegak. Karena, menegak air minum memberikan ruang gerak bagi udara untuk masuk ke dalam lambung. Terkadang mengakibatkan kembung, sehingga menyulitkan gerak lambung. Imbasnya lambung kesulitan mencerna makanan. Menyesap itu, menempelkan bibir ke permukaan air.

Dengan air, makanan yang kita serap dipisahkan dari zat-zat beracunnya dalam bentuk keringat. Dan juga air seni. Terlihat "bening" mengindikasikan kebutuhan air kita tercukupi. 


Cucuran kata tak seberapa ini menjadi indikasi juga untuk saya terus bersyukur atas salah satu kenikmat-Nya. Bahwasanya segala sesuatu yang hidup memerlukan air.  (P)

· · ·