27/07/17

Menerima Keadaan



Mujair tak pernah datang dengan ajakan. Menghubunginya, mengharapkannya, sekaligus mempersilahkan berenang leluasa di sebuah  kolam, sama sekali bukan agenda resmi sebagian orang. Ikan ini datang dengan tiba-tiba dan mudah terdeteksi di sudut-sudut kolam, saat kebanyakan mereka masih berwujud anak-anak. Bukan satu, tapi bergerombol. 

Dan mungkin segerombolan anak di suatu sudut hanya berasal dari satu mulut induk. Karena, dia—satu mujair betina—mampu menampung lima puluhan butir telur untuk mengeraminya. Sampai bisa berkali-kali. Tak terbayang, misalnya, ada lima betina, berapa banyak bayi munjair yang akan tumbuh-kembang. Beranjak dewasa, dalam satu kolam air tawar.

Namun. Bagi beberapa orang, kehadiran mujair bisa jadi sebuah derita. Dianggapnya dia hama. Tidak ada keuntungan bila bicara hama, katanya. Bagi mereka, mujair layaknya tamu tak di undang. Merusak tatanan kolam peliharaan. Meraka menolak keberadaan apa yang datang dengan tiba-tiba. 

Bagi saya, keberadaan suatu hal yang muncul secara tiba-tiba, pun tanpa berita, selalu coba untuk tidak dijadikan prahara. Bisa jadi itu sebuah maslahat. Saya masih terus mencoba untuk meyakini ini.

Termasuk ikan mujair. Satu diantara kegunaannya, jika saja tiba-tiba rumah kedatangan tamu, menangkap ikan mujair di kolam belakang lalu menggoreng kering dengan bumbu hanya garam-merica hitam, bisa jadi pilihan sajian yang nikmat. Ditemani dengan sambal dadak, tahu-tempe goreng, mentimun, dan sepiring nasi putih hangat.

Disini, mujair menjadi ikan yang bermakna. Dia memberikan kebaikan. Yang tadinya terlewat dari pikiran. Lantas, masih perlukah kita mempermasalahkan kehadiran tiba-tiba mujair di kolam belakang?

Sesuatu yang mendadak dan tiba-tiba, memang acapkali sulit untuk diterima. Dengan cepat keadaan akan jadi berbeda. Penerimaannya mungkin hanya masalah rasa. Pe-rasa-an hati. Menjadi suka atau tidak suka. Senang atau tidak senang terhadap keadaan baru tersebut. Itu menjadi pilihan. Pilihan hati. Karena, sayangnya, ketika kita menolak atau menerima-pun, keadaan tetap akan sama. Kehidupan tetap jadi berubah.

Kehadiran tiba-tiba mujair di kolam belakang merupakan misteri Illahi yang sepertinya harus di syukuri. Meskipun katanya itu bencana, pasti dibaliknya ada rencana. Tak ada seorang pun dapat mencegah terhadap apa yang diberikan oleh-Nya. Saya, manusia, memilih untuk menerima.  (P)

· · ·


Tidak ada komentar:

Posting Komentar