
Mujair tak pernah datang dengan ajakan. Menghubunginya,
mengharapkannya, sekaligus mempersilahkan berenang leluasa di sebuah
kolam, sama sekali bukan agenda resmi sebagian orang. Ikan ini
datang dengan tiba-tiba dan mudah terdeteksi di sudut-sudut kolam, saat
kebanyakan mereka masih berwujud anak-anak. Bukan satu, tapi bergerombol.
Dan mungkin segerombolan anak di suatu sudut hanya berasal dari
satu mulut induk. Karena, dia—satu mujair betina—mampu menampung lima puluhan
butir telur untuk mengeraminya. Sampai bisa berkali-kali. Tak
terbayang, misalnya, ada lima betina, berapa banyak bayi munjair yang akan
tumbuh-kembang. Beranjak dewasa, dalam satu kolam air tawar.
Namun. Bagi beberapa orang, kehadiran mujair bisa jadi sebuah
derita. Dianggapnya dia hama. Tidak ada keuntungan bila bicara hama, katanya.
Bagi mereka, mujair layaknya tamu tak di undang. Merusak tatanan kolam
peliharaan. Meraka menolak keberadaan apa yang datang dengan tiba-tiba.
Bagi saya, keberadaan suatu hal yang muncul secara tiba-tiba, pun
tanpa berita, selalu coba untuk tidak dijadikan prahara. Bisa jadi itu sebuah maslahat. Saya masih terus
mencoba untuk meyakini ini.
Termasuk ikan mujair. Satu diantara kegunaannya, jika saja tiba-tiba rumah
kedatangan tamu, menangkap ikan mujair di kolam belakang lalu menggoreng kering
dengan bumbu hanya garam-merica hitam, bisa jadi pilihan sajian yang nikmat.
Ditemani dengan sambal dadak, tahu-tempe goreng, mentimun, dan sepiring nasi
putih hangat.
Disini, mujair menjadi ikan yang bermakna. Dia memberikan
kebaikan. Yang tadinya terlewat dari pikiran. Lantas, masih perlukah kita
mempermasalahkan kehadiran tiba-tiba mujair di kolam belakang?
Sesuatu yang mendadak dan tiba-tiba, memang acapkali sulit untuk
diterima. Dengan cepat keadaan akan jadi berbeda. Penerimaannya
mungkin hanya masalah rasa. Pe-rasa-an hati. Menjadi suka atau tidak suka.
Senang atau tidak senang terhadap keadaan baru tersebut. Itu menjadi pilihan.
Pilihan hati. Karena, sayangnya, ketika kita menolak atau menerima-pun,
keadaan tetap akan sama. Kehidupan tetap jadi berubah.
Kehadiran tiba-tiba mujair di kolam
belakang merupakan misteri Illahi yang sepertinya harus di syukuri. Meskipun katanya itu bencana, pasti dibaliknya ada rencana. Tak ada
seorang pun dapat mencegah terhadap apa yang diberikan oleh-Nya. Saya, manusia,
memilih untuk menerima. — (P)
· · ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar