11/04/12

Dengan Cinta Kita Bekerja



Cinta memang tidak pernah ketinggalan zaman. Kapanpun, dimanapun, kehadirannya senantiasa menyertai setiap tarikan nafas yang kita hembuskan. Dan kita semua adalah pujangga. Bagi setiap guratan cerita yang kita gagas, dari setiap alur cerita yang tidak pernah kita atur, untuk sebuah kebahagian yang entah dimana. Cinta, inikah sebuah roman? 

Kenyataanya, cinta, juga, memasuki setiap gerak manusia bekerja. Dalam usahanya untuk bertahan hidup, dalam ikhtiarnya untuk menjalankan kehidupan. Ketidak-berdayaan adalah milik kita di mata-Nya, namun bekal hasrat dan cinta tak pernah tersirat Dia berikan. Semuanya di depan mata. Semuanya sudah ada dalam jiwa, raga. Dan (lagi-lagi) beruntunglah saya tidak dibutakan akan makna hasrat dan cinta. Terhadap semua yang dilakukan, dikerjakan. Tidakkah itu membahagiakan?

"Itu arti bahagia untukmu?"


Ini menjadi salah satu kebahagian saya? Ya, kenapa tidak? Kebahagian itu personal, sifatnya. Tidak layak jika dijadikan fenomena penalaran individual menuju kesimpulan umum. 

Dan apa yang terjadi beberapa minggu lalu adalah sebuah pesta cinta, penuh makna. Ini bukan sebuah pesta-pora. Seperti biasa, saya selalu cinta dengan apa yang terjadi di belakang dari segala hal yang tidak terlihat oleh mata. Tidakah itu menyenangkan jika sebuah hal yang ada ternyata menyimpan segudang cerita di belakangnya dan kita terlibat berada disana. Dengan orang-orang penuh cinta, sebuah jamuan luar biasa tercipta. Untuk mengukuhkan statement: lupakan kolosal, rayakan personal. Itu juga lah yang menjadi alasan ketika akhirnya saya menyumbangkan racikan minuman dengan sentuhan tradisional.

Jika saja kebahagian bersifat personal, pun demikian dengan kesuksesan. Bagi saya, jamuan untuk merayakan peluncuran sebuah majalah edisi pernikahan itu, mencapai kesuksesan luar-biasa personal. Dimana masing-masing individu telah mengeluarkan segala keahliannya dengan maksimal, dan melakukannya dengan penuh perasaan. Lagi-lagi dengan cinta. Ini semua tidak mengada-ngada. Ini semua nyata. Bekerja sama dengan orang-orang penuh cinta, badai di ujung pulau Dewata pun jadi tampak biasa.  — (P)


 *4-5  fotografi oleh Rizki Mohamad, dan 16 oleh Askarina Daniswari via Instagram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar