Kisah ini terjadi pada tanggal 14 April 2011, dimana letak pertemanan semakin terkukuhkan. Perkenalkan (searah jarum jam); Nuri Fatima, Bathsebha Satyaalangghya, Anto Arief, dan Tisa Granicia. Dan saya menyapa mereka berempat dari meja masak, "Halo!"
Mundur beberapa minggu ke belakang, Gia (Bathsebha Satyaalangghya) baru saja kembali dari "tanah beruang" setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya. Dalam sebuah meja di suatu tempat, saya dan Anto (Anto Arief) menerima kepulangannya untuk bertegur-sapa melampiaskan kangen yang dirasa. Maka mengalirlah semua obrolan mengenai segalanya, dan tentu berlangsung seru. Menggairahkan, karena kita dalam suatu lingkup yang, ya..., "dunia"-nya kurang-lebih hampir sama. Dari kisah klasik masalah percintaan, hal yang serius masalah budaya dan "per-politik-an", suatu yang menyenangkan mengenai kesenian, hingga masalah (apalagi kalau bukan) makanan.
Kalau saja pembicaraan sudah tertuju pada makanan, dapat dipastikan, otomatis saya akan cerita mengenai kegemaran baru saya, (lagi-lagi) apalagi kalau bukan; me-ma-sak. Dan bisa dipastikan lagi, keluarlah ajakan dari mulut saya; "Kapan-kapan kita masak bareng yuk!" Hehehe.
Entah kenapa, begitulah adanya semenjak gemar memasak, saya jadi mempunyai "kebiasaan" mengajak orang kumpul bersama untuk kemudian saya jamu dengan masakan yang saya olah sendiri. Rasanya ini menjadi sebuah kebahagian tersendiri meskipun saya tidak dapat menjamin masakannya bisa diterima atau tidak.
Bukan, maka dari itu, bukan itu alasan ajakannya. Bukan bermaksud untuk mempamerkan "saya bisa memasak". Itu terlalu jauh pemikirannya, karena siapapun tahu, kegemaran yang baru seumur jagung ini tentu tidak akan menjadi sebuah jaminan yang kuat untuk membuat seseorang mahir memasak. Ajakan jamuan itu lebih-ke menghasilkan sebuah sensasi kesenangan yang baru dan berbeda ketika saya bisa memasak sambil ketawa-ketawa dan diselingi dengan obrolan ngalur-ngidul yang pada akhirnya membuat perut, hati, dan otak terasa kenyang.
Maka kisah berlanjut. Sampailah kita pada waktu yang ditentukan. Dengan "berani" saya membuat rentetan panjang masakan. Inilah daftarnya:
Appetizers:
Salt Edamame
Chicken and Mushroom Cream
Main Courses:
Noodle Gingred Chicken
Turmeric Basmati Rice
Baked Shrimp with Sundanese Sauce
Gurame Fish Cakes Served with Salsa
Ribs Tomato Soup and Red Bean
Desserts:
Tarts
Trifle
Stewed Fruit with Vanilla Ice Cream
Panna Cotta with Caramel Sauce and Raspberrie
Drinks:
Lemon Iced Tea with Fruit
Lychee Iced Tea with Fruit
Fresh Strawberry Mint
Wow sekali kan, hahaha. Sebagian dari santapan hari itu sudah sering saya buat, tetapi sebagian besar lainnya adalah resep-resep baru yang sebelumnya tidak pernah saya buat. Untuk itu, karena tidak mau menjadi mengecewakan, semua resep baru saya coba praktekkan dulu di rumah. Tetapi tetap saja, meskipun telah membuat simulasinya, memasak saya kali itu memakan waktu yang panjang sekali. Maka tak heran ada perubahan waktu yang sangat signifikan. Tadinya saya bermaksud masak untuk makan siang malah bergeser beberapa jam menjadi jamuan makan malam! Hahaha.
Seru. Seru sekali kami hari itu. Saya memboyong lengkap peralatan perang, membeli banyak bahan-bahan masakan sampai membuat mobil hanya tersisa ruang untuk saya seorang. Inilah "rekor" saya dalam memasak beberapa resep makanan sekaligus. Ribet sih memang, saya banyak belajar hal. Ketika situasi lagi "seramai" itu, saya sering kehilangan beberapa bagian karena terlupakan. Saya akui jadinya kurang detail. Saya tidak bisa menjaga dengan baik "kualitas" potongan-potongan bahan, bahkan cabai merah pun saya lupa untuk membuang bijinya, hahaha. Untung semuanya masih bisa berakhir dengan rasa santapan yang, setidaknya, tidak mengecewakan, hehehe.
Oya, kali itu semua peralatan makan didukung sepenuhnya oleh Kandura. Ini merupakan sebuah studio penghasil karya seni keramik yang kebetulan hasil olahan dari Gia, Tisa, dan Nuri. Saya jatuh cinta dengan kreasinya. Peralatan makan diciptakan dengan sentuhan selera yang berbeda tanpa tidak melupakan fungsi utama. Warna-warna yang muncul pun tak serupa, manis tanpa terlihat kemanisan. Ada benang merah yang saya rasakan dalam semua kreasinya. Berani yang terselimuti oleh kelembutan. Ah, kolaborasi yang menawan.
Jamuan tersebut berakhir pukul sebelas malam, dimana kita memulainya pada pukul sebelas siang, hahaha. Tapi semua itu tak terasa. Kami menikmatinya begitu saja, seperti tidak telah melalui waktu yang panjang. Kami lalui hujan, kami lalui makan siang, kami lalui angin yang menantang, kami menikmati kebersamaan yang menggembirakan.
Terima kasih, teman-teman. Hari itu sunguh berkesan :)
Fotografi oleh Nuri Fatima, Bathsebha Satyaalangghya, Anto Arief, dan Tisa Granicia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar