21/03/12

Teman Musim Panas



            Pada sebuah siang yang terik, kendaraan saya terparkir tepat di samping gerbang sebuah Taman Kanak-kanak. Di dalamnya, saya melamun sambil melemparkan pandangan ke luar jendela. Saya sedang menunggu keponakan keluar dari sekolahnya. Untuk ukuran pria seumuran saya, rasanya belum bisa merasa nyaman berada diantara gerombolan ibu-ibu yang menunggu anak-anaknya di depan gerbang. Meskipun mereka muda, ibu-ibu muda (dan saya suka). Saya belum terbiasa.


            Di tengah lamunan, saya tersadar. Di depan TK keponakan saya itu, tidak saya temukan penjual makanan satu pun! Woa. Saya baru tersadar. Lalu saya sebarkan pandangan, mencoba mencari salah satu batang hidung penjual makanan. Tetap tidak saya temukan. Saya heran. Hmmm, bukan heran juga tepatnya. Saya hanya mencoba bertanya, pada diri sendiri, kenapa tidak ada satu pun penjual makanan di TK itu.
            “Ada, kok, pak,” seorang satpam menjawab beberapa saat saya bertanya sebelum menggendong keponakan yang keluar dari gerbang. “Di dalam sekolah sebenarnya ada kantin bersih. Lagi pula di TK ini anak-anaknya dibiasakan bawa bekal dari rumah,” begitu penjelasannya.
            “Wah, anak-anak sekarang gak kenal cilok atau cireng berarti ya, pak.”
            “Hahaha, sudah ketinggalan zaman itu mah, pak,” balas satpam itu sambil tertawa.
Dalam perjalanan pulang, seperti biasa, keponakan minta dibelikan jajan. Seperti biasa juga, saya tidak pernah bisa menolak permintaan. Kali ini es jadi pilihannya. Maka sebuah supermarket pun kami masuki. Menghampiri freezer dimana bermacam es disimpan, keponakan saya malah memilih es dengan rasa buah-buahan, yang promonya sedang gencar ditayangkan. Seketika saya tiba-tiba teringat es serut zaman saya TK dan SD, dulu.
Lalu saya belikan keponakan dua batang es. Sebuah sogokan yang harus saya lakukan karena tiba-tiba saya ingin berbelanja. Membeli bahan-bahan untuk membuat es serut yang, dulu, selalu saya beli di sekolahan. Es serut kampung yang untuk berbicara masalah kebersihan berada di peringkat sekian. Es serut kampung yang bahannya sederhana tapi penuh nostalgia. Saya tiba-tiba ngidam akan jajanan itu, es serut kampung.


Es Jeruk dan Aprikot

Dulu, yang saya ingat dari pembuatan es serut kampung yaitu menyerut es balok lalu dimasukan (sembari dipadatkan) ke sebuah wadah berbentuk macam-macam. Ada yang berbentuk kura-kura, ikan, sampai bunga. Lalu si abang tukang es menyiramkan sirup berwarna nge-jreng. Maka es serut pun siap untuk dijilat. Pembuatannya begitu sederhana. Maka saya mengulang nostalgia saya pun dengan cara yang sederhana.

75 ml air jeruk
3 sendok makan fresh lemon juice
500 g aprikot
1 butir putih telur
150 g caster sugar
300 ml air mineral

            Panaskan dengan hati-hati campuran air jeruk, lemon, caster sugar, dan air mineral. Didihkan selama kurang lebih 5 menit, sampai cairan terlihat seperti sirup. Lalu masukan aprikot dan didihkan kembali secara perlahan sampai si buah benar-benar lembek. Setelah dua menit tambahan tersebut, angkat dari api, dan dinginkan.
            Setelah dingin, cairan dengan buah aprikot tadi campur dengan blender, sampai benar-benar aprikotnya menjadi hancur. Lalu masukan ke dalam sebuah wadah plastik, tutup, dan simpan di freezer selama kurang lebih 2 jam sampai sedikit mengeras di bagian pinggirannya tetapi masih lembek bagian tengahnya.
            Setelah 2 jam masuk freezer, keluarkan wadah yang sudah hampir berbentuk es tersebut, lalu kocok kembali dengan garpu sambil masukan putih telur ke dalamnya. Setelah merata, masukan kembali ke dalam freezer selama kurang lebih 8 jam.
            Sebelum disajikan, diamkan dulu beberapa saat campuran tadi sampai sedikit lembut untuk dikerik. Lalu kerik es tadi dengan scope es.
            Maka es kampung yang saya kangeni pun sudah berada di hadapan. Dan tentu saja es ini jauh lebih sehat dari es kampung yang dulu saya nikmati. Karena es yang dihasilkan bukan berasal dari balok es yang konon dibuatnya dari air selokan. Ini benar-benar murni es yang kita bekukan sendiri, memakai air mineral bersih yang sudah matang. Apalagi buah-buahannya juga asli, maka tak salah kalau es ini menjadi segar luar biasa. Cocok untuk menemani musim panen padi yang terik ini. — (P)